Blogger Widgets

Jumat, 24 Januari 2014

Tafsir QS. Al-Baqarah ayat 286




A. Pendahuluan
Surat Al Baqarah yang 286 ayat ini turun di Madinah yang sebagian besar diturunkan pada permulaan tahun Hijrah, kecuali ayat 281 diturunkan di Mina pada Hajji wadaa' (hajji Nabi Muhammad s.a.w. yang terakhir). Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Al Quran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpancang (ayat 282). Surat ini dinamai Al Baqarah karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sampai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya. Dinamai Fusthaatul-Quran (puncak Al Quran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain.

Kandungan surat al-Baqarah ini meliputi keimanan, hukum-hukum, kisah-kisah dan lain sebagainya.

Dalam makalah ini, penulis mencoba menjelaskan tentang kedekatan Allah swt dengan hamba-hamba-Nya.
1. Bagaimana gambaran kedekatan Allah swt dengan hamba-Nya?
2. Apa saja yang bisa mendekatkan seorang hamba dengan Allah swt?

B. Tafsir
“Dan, apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon keada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala) perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”
Surat al-Baqarah ayat 186 ini membicarakan tentang kedekatan Allah terhadap hamba-Nya yang memohon. Sayyid Quthub memberikan tafsiran terhadap ayat sebagai berikut:

“Aku adalah dekat.” Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Betapa lembut, halus, sayang, ramah dan akrabnya kalimat ini. Di manakah letak kesulitan berpuasa dan beratnya tugas ini di bawah bayang-bayang kasih sayang, kedekatan, keramahan dan keakraban ini?
Setiap kata yang diungkapkan dalam ayat ini bernuansakan kasih sayang itu. “Dan, apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasannya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.
Dinisbatkan hamba-hamba ini kepada-Nya dan dijawabnya secara langsung pertanyaan mereka itu, tanpa mengatakan “Maka katakanlah kepada mereka, Aku adalah dekat. Tetapi Ia sendiri langsung menjawab pertanyaan hamba-hamba-Nya “Aku adalah dekat”. Dan Ia tidak mengatakan ‘Aku mendengar doa itu”. Dan Ia segera mengabulkan doa itu, “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.”
Sungguh ini, merupakan ayat yang mengagumkan Ayat yang meneteskan embun yang manis kedalam hati orang yang beriman. Ia juga meneteskan cinta dan kasih sayang, kerelaan dan ketenangan, serta kepercayaan dan keyakinan. Dengan demikian si mukmin hidup dalam sisi kerelaan, dalam kedekatan ang penuh kasih sayang, dalam kelezatan yang penuh keamanan, dan dalam tempat yang kokoh dan kuat.
Di dalam naungan keramahan yang penuh kecintaan, di bawah kedekatan yang penuh kasih sayang dan di bawah pengabulan doa yang mengesankan ini, Allah mengarahkan hamba-hamba-Nya agar memnuhi segaal perintah-Nya dan beriman kepada-Nya. Sehingga, mereka selalu terbimbing ke jalan yang lurus, kepada petunjuk dan kesalehan.
“Maka, hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran”
Buah akhir dari pemenuhan perintah dan keimanan bagi mereka adalah keberadaan dalam kebenaran, petunjuk dan kesalehan. Sedangkan, Allah sendiri Mahakaya, tidak memerlukan alam dan makhluk ini sedikit pun.
Jika benar dan lurus yang ditimbulkan oleh iman dan kepatuhan kepada Allah inilah kelurusan yang sebenarnya.Dan,jalan hidup Ilahi yang dipilih Allah untuk manusia ini adalah satu-satunya jalan hidup yang lurus dan benar. Sedangkan, selainnya adalah kejahilan dan kebodohan yang tidak disukai oleh orang yang berpikiran lurus, dan tidak akan membawa kepada kebenaran. Dan, pengabulan doa dari Allah kepada hamba-hamba-Nya ini sangat diharapkan akan terwujud apabila mereka memenuhi perintah-Nya dan berjalan di atas jalan hidup yang benar. Dan, memang mereka harus berdoa memohon kepada-Nya dan jangan tergesa-gesa karena Allah itu mau mengabulkannya pada waktunya sesuai dengan ketentuan-Nya yang bijaksana.
Sedangkan di dalam Ibnu Katsir dijelaskan sebagai berikut:
Al Hasan mengatakan bahwa beberapa sahabat bertanya kepada Nabi. Di manakah Tuhan kami? Maka turunlah ayat ini. Abu Musa al-‘As’ary, ia berkata “Ketika kami bersama Nabi dalam bepergian berperang, maka tiap kami mendekati di atas bukit atau turun ke lembah, kami bertakbir dengan suara yang keras, maka Nabi berkata, “sayangilah dirimu atau kalian tidak memanggil kepada yang kekal, jauh, kalian hanya meamnggil kalian hanya memanggil Tuhan yang Maha Mendengara lagi Maha Melihat. Bahkan, Tuhan yang kalian panggil itu lebih dekat kepadamu dari leher untanya (kendaraannnya).
Hai Abduulah ibn Qais sukakakah jika aku ajarkan kepadamua sesuatau kalimat dari pembendaharaan surga: La hawla wa la quwwata illa billahi. (HR. Bukhari Muslim).
Anas ra, mengatakan bahwa nabi Muhammad saw bersabda, bahwasannya jika ia berdoa kepadaku “Ana ma’a abdi ma dzakarani wa taharrakat bi syafatahu”- Aku selalu bersama hambaku selama ia ingat kepada-Ku dan bergerkak bibirnya menyebut nama-Ku.
Hadis Qudsi ini berkaitan dengan firman Allah dalam firman-Nya yang lain
Sesungguhnya selalu membantu orang-orang yang bertpaqwa dan mereka yang berbuat baik.
Juga firman-Nya lagi:
Sesungguhnya Aku bersamamu mendengar dan melihat.
Tujuannya bahwa Allah swt tdak akan mengecewakan doa orang yang berdoa dan tidak akan mengabiarkannya, bahkan selalu mendengar doa dan menerimanya.
Sedangkan Muhammad Husain Thabathaba’i dalam tafsirnya Al-Mizan menulis sebagai berikut:
…..maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala) perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Sesungguhnya Allah swt dekat dengan hamba-hamba-Nya. Tidak ada suatu penghalang antara Allah dan doa hamba-hamba-Nya. Dia memiliki pertolongan terhadap hamba-hamba-Nya dan terhadap apa yang mereka pinta dari-Nya. Dia mengajak hamba-hamba-Nya untuk berdoa kepada-Nya, maka mintalah agar diistijabah dan dikabulkan dalam berdoa, serta berimanlah dan yakinlah kepada-Nya, karena sesungguhnya Dia Mahadekat dan mengabulkan doa agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
Dari nabi saw sebagaimana diriwayatkan oleh dua golongan, “Addu’au silahul mu’min”-Doa adalah senajata bagi orang yang briman. Juga dijelaskan dalam hadis qudsi, Wahai musa, mintalah keada-Ku apa yang kau butuhkan…………
Hal ini sesuai juga dengan firman Allah yang lain
Allah tidak mempedulikan ibadah kalian jika tidak ada doa kalian .
Juga dala firman-Nya lain:
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar! (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepadaNya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah).
serta firman-Nnya yang lain
Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur"." Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."
Demikianlah kurang lebih penjelasan dari Thabathaba’i.
Sedangkan Abdul Malik Abdul Karim dalam tafsirnya, Al-Azhar menulis sebagai berikut:
Dan, apabila hamba-hamba-Ku itu bertanya dari hal Aku, maka sesungguhnya Aku adalah dekat. Oleh sebab Allah dekat dari kita, hamba-hamba-Nya ini, silahkankanlah memohon dengan ikhlas. Dia tidaklah jauh dan lantaran Dia tiada jauh dari sisimu tidak usah kau bersorak keras-keras memanggil nama-Nya: ya Allah ya Allah, tolonglah aku, bantulah aku. Apa guna suara keras demikian adalah Dia lebih dekat kepadamu daripada urat lehermu sendiri. Yang kedua, lantaran Dia dekat, tidaklah perlu memakai orang perantaraan atau wasilah. Terang-terang Dia bersabda
Berdoalah supaya Akup perkenanakan seruanmu itu.
Di dalam surat al-waqi’ah (surat 56) tentang seseorang yang telah menarik nafasnya yang penghabisan akan mati, bahwa di saat sakartul maut itu pun Tuhan ada di sana.
Dan Kami adalah lebih dekat keada-nya dariada kamu akan tetapi kau tidak melihat.
Dari hal dekatnya Tuhan, tidaklah erlu kita memakai berbagai enaksiran, sebab dzat yang maha kuasa itu melpiuti seluruh alam. Dan, bagaimana keadaannya yang sebenarnya, tidaklah kuat kita membicarakannya. Moga-moga latihan jiwa kita sendiri sebagaimana yang selalu dilakukan ahli-ahli tasawwuf akan data memberi kita pengetahuan yang lebih dalam, dari hal dekatnya Tuhan kepada kita. Yang penting ialah memohon langsung kepada-Nya, jangan memakai perantaraan. Kalau Dia ssendiri telah menyatakan Dia dekat, guna apa kita mencari perantaraan lagi. Orang yang menyembah berhala kita cela, karena mereka memakai perantaraan berhala buat menyamaikan kepada Tuhan, akan kita diamakan sajakah orang yang bila ditimpa kesusahan dan menyeru nama Sayyid Abdul Qadir Jailani.
Ada lanjutan ayat itu, Tuhan Allah yang memesankan bahwa Dia dekat dari hamba-hamba-Nya itu, kemudian Allah bersabda lagi: Aku perkenankan permohonan orang yang memohon apabila dia memohon kepada-Ku.
Apa kesan yang kita data dari lanjutan ayat ini? Tuhan telah menuju pintu yang lain. Tuhan menyuruh kita langsung kepada-Nya. Tuhan telah menjelaskan di sini, Kepada-Ku saja, supaya permohonanmu terkabul.
Sedang dalam ayat tidak sedikit pun terbayang bahwa permohonan baru dikabulakan Tuhan kalau disamaikan dengan perantaraan Syaikh anu atau sayyid fulan, kemudian datang lagi lanjutan ayat, yang membuatnya lebih jelas lagi: maka hendaklah mereka sambut seruan-Ku dan hedaklah mereka percaya kepada-Ku supaya mereka beroleh kecerdikan.(ujung ayat 186 ) terang sekali ayat ini, tidak berbelit-belit.
Pertama, Tuhan itu dekat.
Kedua, Segala permohonan dari hamba-Nya yang memohon akan mendapat perhatian yang sepenuhnya.
Ketiga, supaya permohonan itu mendapat perhatiian Ilahi
Kepemat, dan amat penting yaitu hendaklah percaya benar-benar, beriman kepada Tuhan.
Kelima, dengan sebab menyambut seruan Tuhan dan percaya penuh kepada Tuhan, maka hamba akan diberikan kecerdikan.
Maka, orang tidak menyambut seruan Tuhan dan yang tidak membina imannya kepada Tuhan, orang yang maksiat atau mempersekutukan yang lain dengan Tuhan, kian lama jauhlah dari Tuhan, walaupun Tuhan itu tetap berada di dekatnya. Lantaran itu susah permohonannaya akan terkabul. Menyambut seruan Tuhan dan iman kepada Tuhan adalah ajalan satu-satunya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Aabila sudah dekat, Tuhan pun berjanji akan memberikan akan memberikan petunjuk sehingga menjadi orang yang cerdik, cendikiawan, arif bijaksana.
Dalam meminta atau berdoa kepada Tuhan, mintalah modal yang besar dan kokoh. Bukan benda, tetapi data mengahsilkan benda. Doa-doa yang bersaal dari nabi adalah yang sebaik-sebaik doa. Kalau tidak andai bahasa Arabnya, bolehlah dengan bahasa kita sendiri, asal dengan ikhlas.
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)

Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)

C. Kesimpulan
Dari penjelsan di atas dapat ditarik semacam kesimpulan bahwa sangat beragam sekali penafsiran terhadap QS. Al-Baqarah ayat i86 ini. Namun secara umum titik tekannya adalah bahwa Allah swt sangat dekat dengan hambaNya dan Allah menyeru untuk senantiasa mendekat kepada-Nya.

Daftar Pustaka
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta, CV. Doa Abu : 2006
Sayyid Muhammad Husain Al-Thabathaba’i, Tafsir Al-Mizan, Jilid 18, Bairut, 1991
Sayyid Quthub, Tafsir fi Dhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 2002
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya, PT Bina Utama, 2006, Jilid II
H. Abdul Malik Abdul Karim, Tafsir Al-Azhar, Singapura, TE LDT, Juz I


Tidak ada komentar:

Posting Komentar